Wednesday, June 29, 2011

Pembantu Rumah Tangga dalam Sastra: Konstruksi Budaya Kelas Menengah

Diringkas dari tulisan Melani Budianta dengan judul yang sama

            Tulisan Melani Budianta bertajuk Pembantu Rumah Tangga dalam Sastra: Konstruksi Budaya Kelas Menengah yang dimuat dalam jurnal Srint!l No.8 tahun 2005, mencoba melihat kateogori sosial pembantu rumah tangga (PRT) yang didefinisikan, dipertanyakan, dipermasalahkan dan terus-menerus dikonstruksikan. PRT adalah suatu kategori sosial yang menyangkut masalah gender dan pembagian kerja, hubungan kekuasaan yang hierakis antara majikan-bawahan, dan dimensi budaya karena profesi ini terkait dengan tatanan sosial budaya tertentu.
            Sosok PRT dalam karya sastra lahir di Inggris pada 1740 lewat tulisan Richardson berjudul Familiar Letters yang juga melahirkan genre baru dalam kesusastraan Inggris yakni novel berbentuk surat. Sebagian besar surat tersebut ditulis oleh PRT bernama Pamela kepada ayahnya yang menceritakan usaha kerasnya dalam menghadapi rayuan sang majikan hingga pada akhirnya ia disunting sebagai istri. Novel ini meledak menjadi bacaan laris dikalangan perempuan dan membuat pola alur yang terdapat dalam novel Samuel Richardson yaitu pola rayuan ditiru oleh novel-novel yang muncul kemudian. Sejumlah kritikus menamai genre yang dipelopori oleh Pamela sebagai genre novel rayuan (novel of seduction), atau novel pornografi tersamar karena ketegangannya dibangkitkan oleh alur berpola “perkosaan yang selalu ditunda”.
            

Membaca Postrukturalisme Pada Karya Sastra

Diringkas dari tulisan Irmayanti M. Budianto dengan judul yang sama

Postrukturalisme berguna untuk melihat bagaimana teks karya sastra menampilkan teks yang terbuka untuk dikritisi dan didekonstruksi dan terfokus pada eksistensi tokoh. Salah satu metode postrukturalisme yang dapat digunakan adalah dekonstruksi yang mencoba melakukan rekonstruksi tentang pandangan metafisi (konseptual) yang diarahkan pada tulisan, metabahasa dan subjektivitas.

Postrukturalisme tidak dapat dipisahkan dengan strukturalisme. Sebagai sebuah teori, ia berkaitan erat dengan manusia, dunia, dan prilaku praktis yang menghasilkan makna, dalam lingkup. Postrukturalisme mengajak kita untuk memikirkan berbagai hal terkait munculnya tanda (sign) dari objek, oposisi binari, mitos, historisitas, ideologi, dan kesadaran manusia.

Irmayanti M. Budianto (2007) melihat dua hal yang berkaitan dengan cara pandang dalam melihat postrukturalisme. Pertama, aspek yang berkaitan dengan ontologis empiristis (erat kaitannya dengan strukturalisme), dan aspek kedua berkaitan dengan metafisis –“dibalik” sesuatu yang sifatnya ontologis empiristis yang sifatnya konseptual berasal dari kesadaran atau akal budi atau rasio manusia. 

Monday, June 27, 2011

Belajar dari "Serdadu Kumbang"

Jumat lalu, menjelang senja saya mengajak Desy (adik saya) nonton film yang direkomendasikan oleh beberapa teman Serdadu Kumbang. Dengan tergesa kami berangkat ke bioskop terdekat dari rumah dan pas saja filmnya baru dimulai.
Amek (Yudi Miftahudin) merupakan anak laki-laki Desa Mantar, Kab. Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat yang tidak memiliki cita-cita atau mimpi. Kekurangan fisik (bibir sumbing) yang dimilikinya dan gagal lulus dalam ujian nasional, membuat  Amek semakin takut bermimpi.  Setiap hari bersama Umbe (Aji Santosa) dan Acan (Fachri Azhari), Amek menghabiskan hari-harinya dengan bermain. Ketiganya kerap dianggap sebagai pembuat onar, nakal, dan minus dalam pelajaran.  Hal itulah yang membuat ketiganya, kerap dihukum oleh Guru Alim (Lukman Sardi) yang menerapkan kedisiplinan ala militer kepada anak didiknya. Kerasnya “pendidikan” yang dirasakan Amek membuatnya malas bersekolah untungnya mereka masih memiliki Guru Imbok yang berjuang menghapus kekerasan di sekolah dan membuat mereka terus belajar. 
Buat saya film ini merupakan salah satu film yang mampu memberi gambaran tentang bobroknya dunia pendidikan kita. Setidaknya ada dua hal yang sengaja diangkat oleh Ari Sihale dan Nia Zulkarnaen (Alenia Picture). Pertama kekerasan yang kerap terjadi di sekolah dan kedua tidak tepatnya system ujian nasional sebagai cara untuk melihat kualitas pendididkan.  Untuk dapat mencapai standar murid (anak-anak) menjadi korbannya. 

Thursday, June 23, 2011

Semiotik

Sekilas tentang Semiotika 


     Semiotik percaya bahwa karya sastra memiliki sistem sendiri, karena itu muncul penelitian yang menghubungkan aspek struktur dengan tanda-tanda. Semiotik berasal dari bahasa Yunani Semeion yang berarti tanda. 
  • Semiotik dikembangkan dari teori de Saussure yaitu karya sastra memiliki hubungan antara:
  1. Penanda (signifiant) vs Petanda (signifie). 
  2. Langue (bahasa yang menjadi acuan dalam komunikasi) vs Parole (ujaran)
  3. Sintagmatik (relasi antar komponen dalam struktur yang sama) vs Paradigmatik (relasi antara komponen dalam struktur dengan entitas lain diluar struktur).
  4. Sinkroni (waktu dan ruang tertentu) vs diakroni (melihat perkembangan dari satu lapisan waktu ke lapisan waktu yang lain)
  •  Pierce ada tiga fakto yang mementukan ada tidaknya tanda: 1) Tanda itu sendiri, 2) hal yang ditandai, 3) tanda baru yang berterima dalam diri. Peirce juga melihat ada 3 hal yang menghubungkan antara tanda dan yang ditandakan:
  1. Ikon, tanda yang memiliki kesamaan dengan yang arti yang ditunjuk. Misal: foto dengan orang yang difoto. 
  2.  Indeks mengandung hubungan kausal dengan yang ditandakan, misal asap dengan api, mendung dengan hujan. 
  3. Simbol, bersifat arbiter, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan tertentu. Misal, bendera kuning /putih dengan kematian.
  • Model pembacaan semiotik: 1) Heuristik, yaitu telaah kata, bait, term karya. Biasanya pembacaan semiotik tingkat pertama 2) Hermeneutik yaitu penafsiran totalitas karya sastra. Pembacaan semiotik tingka kedua, atau berdasarkan konvensi sastra.
  • Riffaterre: 
  1. Displacing of meaning (penggantian arti), disebabkan oleh bahasa kias seperti metafora, personifikasi, alegori, metonimi dsb. 
  2.  Distorsing of meaning (penyimpangan arti) terjadi karena: 1) ambiguitas yaitu pemakaian bahasa yang multimakna, 2) Kontradiksi, sesuatu yang berlawanan. 3) Nonsense yaitu kata-kata yang tidak bermakna.
§    Penciptaan arti, tampak pada permainan tipografi dalam puisi. Misal Tragedi Winka dan Sihka, karya Sutardji Calzoum Bachri. 


Novi Diah Haryanti
2008



Wednesday, June 22, 2011

Pergulatan Budaya Student Hidjo

 “Maksud saya mengirimkan Hidjo ke Negeri Belanda itu, tidak lain supaya orang-orang yang meredahkan kita bisa mengerti bahwa manusia sama saja”
            
            Sejak awal kedatangannya, Barat tidak hanya menanamkan wacana tentang superioritasnya tapi juga melanggengkannya lewat pendidikan.  Dengan atau tanpa kita sadar bangsa Barat telah berhasil menanamkan pemahaman bahwa sebagai bangsa Timur, bangsa Dunia Ketiga, kita lemah, inferior, lebih menggunakan perasaan, percaya pada takhyul, dengan konsekuensi logis mengakui superioritas Barat.
            Manneke Budiman menjelaskan konsep pascakolonial sebagai kajian tetang bagaimana sastra mengungkapkan ‘jejak-jejak” kolonialisme dalam konfrontasi “ras-ras, bangsa-bangsa, dan kebudayan-kebudayaan” yang terjadi dalam lingkup “hubungan tidak setara” sebagai dampak dari kolonisasi Eropa atas bangsa-bangsa di ‘dunia ketiga’.[1]
             Sebagai strategi membaca karya sastra, pascakolonial menurut Bhabha akan menghasilkan penafsiran yang beda. Maka, salah satu tujuan pascakolonial adalah re- writing dan re-reading terhadap teks yang sudah ada. Tidak hanya itu pascakolonial diartikan sebagai upaya untuk menyingkap dan membongkar (dekonstruksi) kekuasaan kolonialisme yang teraktualisasi dalam wacana sastra pascakolonial. 
            Novel Student Hidjo karangan Marco Kartodikromo merupakan salah satu novel yang ditulis pada akhir abad XX, masa yang dalam sejarah resmi disebut sebagai kebangkitan nasional. Sebagai produk yang lahir dimasa kolonial, Student Hidjo merepresentasikan ketimpangan Barat dan Timur yang terlihat dari figur tokoh-tokohnya. Novel ini menggambarkan kehidupan priyayi Jawa dengan kemudahan-kemudahan yang mereka peroleh, salah satunya pendidikan. Suasana pergerakan, terutama Sarekat Islam, tempat para tokoh novel mencurahkan sebagian waktu dan kegiatan, menjadikan novel ini kental dengan suasana politik.
            Cerita dimulai dengan keinginan orang tua Hidjo menyekolahkannya ke Belanda untuk mengangkat derajat keluarga. Demi keinginan sang ayah, Hidjo pergi ke Belanda meninggalkan keluarga dan tunangannya Biro. Dengan keyakinan kuat bahwa ia tak akan terpengaruh dengan budaya Barat karena sangat memegang teguh budaya Timur, Hidjo berjuang untuk tetap pada identitasnya sebagai bangsa Hindia. Tetapi dikarenakan benturan budaya yang terus menerus dialaminya, ia menjadi goyah tergoda dengan perempuan Belanda bertubuh seksi. Sejak saat itu ia mengalami disorientasi dan meninggalkan budaya Timur yang selama ini dipujanya.     
            Hubungan terjajah dan penjajah yang terjadi di tanah jajahan menimbulkan relasi kuasa yang tak dapat dihindarkan. Relasi yang dimaksud bersifat hierakis, dominatif dan menindas. Hal inilah yang kemudian terlihat dalam karya Marco, salah satu pengarang yang paling produktif melahirkan bacaan liar.
Waktu ini, orang seperti saya masih dipandang rendah oleh orang-orang yang menjadi pegawai Gouvernement. Kadang-kadang saudara kita sendiri, yang juga turut menjadi pegawai Gouvernement, dia tidak mau kumpul dengan kita. Sebab dia pikir derajatnya lebih tinggi daripada kita yang hanya menjadi saudagar atau petani. maksud saya mengirimkan Hidjo ke Belanda, tidak lain supaya orang-orang yang merendahkan kita bisa mengerti bahwa manusia itu sama saja sama (SH: 3)  
     
Student Hidjo

Tuesday, June 21, 2011

Menulis Karya Ilmiah (Curhatan setelah membaca tugas mahasiswa)

             Hal yang paling menyenangkan dari proses menjadi pengajar bagi saya ialah membuat saya terus belajar. 

Rumusan masalah dan Latar Belakang Masalah

            Belakangan ini, saya sering kali mendapat sms “Bu, bisa tidak kalau saya ambil judul: nilai moral (atau pendidikan, religiusitas, nasionalisme  etc) dalam novel....”. Ketika saya mengikuti kuliah “metode penelitian sastra dan budaya” dosen saya selalu mengatakan “tugas Anda sebagai scholar ialah mencari-cari masalah”. Waktu itu saya tertawa, tapi mencari, merumuskan, dan membuat latar belakang masalah bukanlah hal yang mudah. Untuk bisa menemukkan masalah Anda harus membaca dengan teliti, lebih dari sekali. Pahami dulu “temanya”, identifikasi berbagai masalah yang ada, lalu cari yang paling menarik minat Anda atau belum pernah diteliti. Setelah menemukan masalah, Anda harus membuatnya dalam satu rumusan masalah.  Terdengar simple tapi buat pusing kepala, hehehe.
            Kesalahan yang paling sering kita lakukan ialah terlalu cepat merumuskan masalah, malas membaca berkali-kali (merasa sekali saja cukup), dan membuat rumusan masalah yang terlalu luas (umum, tidak spesifik). Akibatnya, kita bingung mengambil data untuk dianalisis dan pusing menentukan teori yang digunakan.
             Masalah yang Anda teliti biasanya menjadi judul penelitian Anda. Nah, jika sudah menentukan masalah, langkah berikutnya menggali latar belakang dari masalah yang akan Anda teliti. Apa sih isi latar belakang masalah (LBM)?
  • LBM merupakan gambaran tentang penelitian Anda (baik makalah ataupun skripsi)
  • Anda harus menjelaskan faktor yang menyebabkan “lahirnya suatu masalah”
  • Anda juga harus mampu menjelaskan secara rasional kenapa masalah tersebut Anda angkat (teliti).
  • Anda juga bisa memasukkan sedikit tentang teori yang akan digunakan, tentang pengarang dan karya yang akan dianalisis (saya tekankan sedikit karena teori, biografi pengarang dan karyanya memiliki satu bab khusus).
  • Anda juga harus memasukkan penelitian terdahulu (penelitian yang relevan). Apa yang sudah dilakukan, bagian mana yang kurang.
  • Dengan demikian Anda bisa menjawab pentingnya (urgensi) penelitian Anda apa.
 Rumusan masalah dan latar belakang yang “menarik” (baca: mampu memberikan gambaran terkait penelitian Anda), sangat membantu pembaca dalam mendapatkan informasi dan berniat melanjutkan ke bab berikutnya. Jika LBM saja sudah tidak “berisi” lalu apa yang bisa diharapkan dari penelitian tersebut.
Jadi, untuk membuat LBM yang baik Anda harus banyak membaca.  Apa yang Anda baca akan memperlihatkan apa yang Anda tulis. "Banyak baca, banyak cerita" ^_^
Untuk yang sedang mengerjakan skripsi, menulis tugas akhir atau akan melakukan penelitian, selamat mencari masalah dan membuat latar belakangnya....

Add caption

Monday, June 20, 2011

Renjana*

Kutitipkan rindu pada rintik hujan yang turun di kotamu, ku titipkan rasaku pada sinar yang melesap lewat celah-celah aksia yang tumbuh subur di tamanku. Ku titipkan semua yang ada padaku padamu, Renjana.

            Kata orang aku cantik. Ya, tentu saja aku cantik. Tuhan mengukir wajah ini dengan semparna. Mata yang mampu menenggelamkan siapapun yang memandangnya, bibir yang membuat setiap lelaki berharap bisa mencobanya, juga hidung yang indah, membuat banyak perempuan merasa iri dan tersaingi bila berada di dekatku.  Selain itu, aku punya tubuh yang mampu membuat lelaki berfantasi, kata orang gitar Spanyol pun kalah dengan keindahan tubuhku, dengan tubuh menjulang bak model, jarang sekali rasanya ada lelaki yang berani menggapaiku.
            Orang memanggilku Rana. Nama yang rasanya ingin sekali ku ganti. Nama yang seakan mengingatkanku bahwa aku adalah gadis yang merana. Satu nama yang membuatku muak karena Bara kasihku mengucapkannya dengan sangat indah, hingga akhirnya aku merana.
            Batara Kala, atau ku panggil ia Bara. Seperti namanya dia adalah dewa yang memberiku semangat tiap paginya. Dialah dewa matahariku. Dia hadir tak terduga dalam hidupku, tanpa banyak kata ia mengetuk pintu hati dan memaksa masuk ke dalam. Sedang aku hanya mampu terdiam, terpesona dengan indah yang ia berikan. Aku memujanya, terus menunggu untuk dapat bersatu dengannya.
                                                            ****
            “Rana, tidak ada yang lebih baik dari hubungan kita sekarang. Sampai kapanpun kita tak akan bisa bersatu”
            “Tapi bukankah katamu rasa itu begitu sempurna untukku?”
            “Tentu saja, kamu adalah hidup, hingga aku mampu bertahan”
            “Lalu kenapa kau biarkan aku menunggumu tanpa batas?”
            “Kita ini beda, tidak mungkin rasanya kita menghilangkan semua itu dengan satu kata, cinta”
            Aku terdiam, sering kali kasihku menjadikan perbedaan kami sebagai alasanya. Kita memang berbeda, perbedaan yang sangat jelas adanya. Aku mencintainya, bahkan melebihi cintaku pada-Mu, hingga ku putuskan untuk menghilangkan perbedaan itu dan menembus batas logikaku untuk satu kata bernama, Cinta. Tolong Tuhan, jangan hukum aku karena terlalu menginginkannya..
            Akhirnya tak ada lagi beda yang tersisa antara kita, tentu saja selain kegemaranmu minum kopi yang kutau pasti sangat tak baik buat kesehatanmu. Hanya itu, sekarang aku mulai shalat sama seperti mu, mulai mengaji, mulai mempelajari sesuatu yang sebenarnya ku tak tau pasti. Ku jalani semua itu dengan iklas, tanpa tanda tanya aku mengikuti ke mana pun kasihku pergi. Kamu, rokok dan kopi hitam kental kesukaanmu, yang kuharap dapat menjadi bagian utuh hidupku.
             Kata orang dulu kami tak bisa bersatu karena beda, karena setiap jumat dia harus ke masjid sedang setiap minggu ku harus pergi ke gereja. Perbedaan yang sudah kutebus dengan seluruh jiwaku. Tapi kini orang, lagi-lagi berbisik di belakangku, katanya aku perempuan tak tau malu. Aku adalah perempuan iblis yang menggoda laki-laki dengan kecantikanku. Aku adalah kusta yang harus dijauhi. Tidak taukah mereka kalau aku adalah Rana, aku ini perempuan yang selalu merana. Aku hanya perempuan, yang sedang jatuh cinta. Perempuan yang rela melakukan apa saja untuk dapat bersatu dengan Bara kasihku.
            Ku biarkan mulut-mulut itu mengejekku, ku biarkan setiap mata yang memandangku sinis, ku biarkan cibiran itu datang pada setiap langkahku. Aku sungguh tak peduli yang ku tau suatu saat nanti aku akan bahagia bersama kasihku.
                                                  

Perbandingan Alur Antara Novel dengan Film CA-BAU-KAN (Hanya Sebuah Dosa)

CA-BAU-KAN (Hanya Sebuah Dosa) merupakan salah satu Novel yang ditulis Remy Sylado yang mempunyai nama asli Yapi Tambayong. Novel yang pernah dipublikasikan di harian Republika ini akhirnya diangkat ke layar lebar oleh sineas muda kita Nia Dinata dengan rumah produksinnya Kalyana Shira Film. Alih wahana dari novel ke film tentu saja membuat terjadinya perubahan-perubahan khususnya terkait cerita dan penceritaan. Berikut analisis singkat novel dan film Ca-Bau-Kan

CA-BAU-KAN dalam Novel Remy Silado
Tema  
Novel ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat keturunan Tionghoa, dengan tokoh utamanya yang bernama Tan Peng Liang. Tema novel ini adalah perjuangan. Perjuangan pertama dilakukan Tan Peng Liang dalam melawan penjajah dengan merusak fondasi ekonominya yaitu menciptakan uang palsu untuk dibagikan. Kedua perjuangan Tinung yang dengan keluguan dan "kebodohannya" mencoba bertahan hidup.
Novel CA-BAU-KAN

Analisis Puisi “Sia-sia” Karya Chairil Anwar

ajining sastra ana ing ukara, nilai sastra ada pada kalimat/kata.

Puisi adalah salah satu bagian dari karya sastra yang menggunakan kata sebagai senjatanya. Padatnya Konstruksi kata-kata pada puisi, memaksa kita untuk mampu meraba-raba apa yang sebenarnya ingin disampaikan penyair. Tidak mudah tentunya, karena itulah berbagai macam kajian dan analisis pun dilakukan, baik oleh para ahli atau hanya sebatas penginterpretasian makna kata oleh pembaca itu sendiri. Seperti yang di ungkapkan Sutardji Calzoum Bachri “... menulis cerpen adalah upaya menentramkan imajinasi, sedangkan menulis puisi adalah membiarkan imajinasi liar”

Analisis puisi Sia-sia, Charil Anwar.   
Sia-sia                                                                                   
Penghabisan kali itu kau datang                                
Membawa karangan kembang                                    
Mawar merah dan melati putih:                      
Darah dan suci                                                           
Kau tebarkan depanku                                               
Serta pandang yang memastika:  Untukmu     

Sudah itu kita sama termanggu
Saling bertanya : apakah ini?
Cinta? Keduanya tak mengerti

Sehari itu kita bersama. Tak hampir- menghampiri

Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi
(versi DCD))
Deru Tjampur Debu

Sunday, June 19, 2011

Surat Cinta Kepada Tuhan

Dear Tuhan yang baik, Maha Pemberi dan Pemilik Hati...

Beri tahu aku bagaimana cara menyikapi rasa. Agar aku tak binasa oleh cinta semu semata.
Sungguh kepadaMu lah, seharusnya cinta sejatiku ada. Tapi mengapa pula, kuterus mencari sampai jauh sekali. Tuhan... ajari aku bagaimana mencintaiMu dengan tulus. Sebagaimana sabdaMu, “Inalillahi wa inalillahi ra’jiun”....

Tuhan, apa dia laki-laki yang baik untukku? Laki-laki yang akan jadi imamku, teman hidup, patner kerja, dan diskusiku. Kepadanyalah nanti kubagi hidup, hati, otak, dan dompetku. Atau dia hanya laki-laki selewatku? Yang hanya ingin mencicipi bagaimana tubuhku, membelai hingga aku melupakanMu.  Laki-laki tolol yang bahkan tidak bisa mengerti untuk apa dia dan aku ada. Hidup dalam bayang kesuperioritasannya sebagai pria, merasa diri sebagai pangeran yang akan membangunkan Aurora dari tidur panjangnya dengan sebuah ciuman mesra.

Tuhan, apa kamu sedang menggodaku...
Menguji seberapa besar cintaku padaMu, seberapa setiaku padaMu.
Sungguh, kepadaMulah hamba berpasrah, walau kerap kali hamba gelisah.

Tuhan, atas nama cinta kau buat aku ada.
Itulah mengapa Kau turunkan Hawa untuk melengkapi dan menggoda Adam hingga dia memperkosannya. Tentu saja perkosaan atas nama cinta, atau ternyata hanya nafsu semata? Bukankah sulit membedakan antara cinta dan nafsu saat dua orang jatuh cinta bersama? Bahkan Adampun kehilangan akal sehatnya, memetik buah quldi untuk diserahkan pada kekasihnya, Hawa.  Hingga mereka Kau usir dari surga.

Tuhan,  tolong tanyakan pada Adam dan Hawa, menyesalkan mereka menghianatimu? Atau sebagaimana takdir, semua adalah ketentuanMu. Tak ada yang salah, karena kesalahan adalah milikMu, sebagaimana juga kebenaranMu. Bukankah segalaNya adalah milikMu.

Tuhan, satu lagi, tanyakan pada hawa, apakah dia menyesal menerima cinta Adam? Apakah mereka bahagia? Apakah Adam mengekangnya sebagaimana yang kerap dilakukan pria sekarang? Jika ada laki-laki selain Adam, apakah ia akan tetap memilihnya?  Atau Jika saja kau kirimkan Khadijah diantara mereka, mungkinkah Hawa jatuh cinta padanya?  Ya ya ya, hamba tau jika itu terjadi, tentu akan lain ceritanya. Misalnya saja, FPI tak akan mengusik mereka yang asyik nonton dan mencoba menghargai cinta sesama, jeruk makan jeruk. Begitu istilahnya.

Tuhan, sudah ya, itu dulu.
Atas nama cintaMu, tolong berikan jawaban padaku segera.
Tak harus lewat pos, email, chatting, sms, atau telp boleh juga.
Aku tunggu ya Tuhan.
Maaf menggangguMu pagi-pagi, semoga surat ini sampai padaMu.
Terima kasih Tuhan...

Peluk dan Cium dari hambaMu yang gelisah
-Bukan Aurora-
1 Oktober 2010 (Vie)

Curhatan Makan Siang

Sayang,
Siang itu kita berbincang, tanpa kopi apalagi cemilan
Kamu bertanya tentang apa mimpiku, aku bilang ingin memiliki pasangan hidup yang mau berbagi beban dengan ku.
Menyiapkan sarapan,
Merapihkan rumah yang berantakan,
Memijitku kalau kelahan,
dan membantuku membesarkan anak-anak kita nanti.

Lalu kamu katakan, kamu lelaki.
Tugasmu menafkahi, menjadi tuan, raja, di keluargamu.
Aku terdiam, sebelum akhirnya tertawa mendengar jawabanmu.
Bukankah kita sama bekerja, mengelurkan keringat, dan menikmati uang itu bersama?
Tidak bolehkah aku menikmati sedikit saja rasanya menjadi laki-laki?

Sebagai perempuan Jawa aku selalu diajarkan mengabdi,
Istri pada suami, surga nunut, neraka katut.
Tapi maaf aku tidak ingin ikut ke ”nerakamu”
Bukan aku tak setia, tapi kenapa harus ikut dalam derita?

Sayang,
Mungkin aku tidak akan sempat merapihkan pakaianmu
Menyiapkan sarapan,
Apalagi merapihkan rumah yang berantakan karena si kecil sibuk membongkar semua mainannya.
Tapi sebagai gantinya,
Aku akan menemanimu seumur hidupku,
Walau nantinya kamu tua, pikun, gendut, dan mungkin saja menyusahkan
Bukankah itu juga pengabdian?

Sayang,
Kamu suka perempuan konvesional ya?
Konvensionalmu seperti apa sih?
Kamu suka perempuan Jawa ya?
Perempuan Jawa yang seperti apa sih?
Kalau hanya karena inginku, kau bilang aku tak pantas mengatakan diriku perempuan Jawa.
Tak apa.
Tidak menjadi orang Jawa juga bukan masalah bagiku.
Toh, aku tidak bisa berbahasa Jawa.

Sayang,
makan yuk
Obrolannya kita lanjutkan nanti malam.
Itupun kalau kamu mau,
Kita bisa duduk berpelukan sambil menegosiasikan keinginan.
Inginku dan inginmu,
harus imbang.
Dengan begitu kita bisa bersatu,
tanpa ragu.

(Catatan iseng dari status pesbuk jelang siang)
Vie
10 Maret 2011

Sejarah film (Horor) Indonesia

Novi Diah Haryanti

Lebaran tahun ini, hampir di setiap jaringan bioskop 21 Cineplex, memutar film-film bergenre horor. Tidak hanya satu, tiga film bertajuk Pocong 3, Jelangkung 3, sampai Kuntilanak 2, bersaing merebut perhatian penonton dalam waktu bersamaan.

            “Film Lebaran 2007”, begitulah Multivisionplus Picture menobatkan film Kuntilanak 2 yang diproduksinya. Antrean panjang yang terlihat pada loket penjualan tiket, memperlihatkan kesuksesan film Kuntilanak (2006) membuat penonton penasaran hingga rela antre untuk dapat menonton sekuel film tersebut. Keingintahuan penonton akan nasib Samantha (Julie Estelle) yang mendapat wangsit untuk memanggil kuntilanak dan kekejaman keluarga Mangkoedjiwo yang memaksa Samantha untuk masuk dalam lingkaran mereka, menarik perhatian remaja sampai dewasa. Inilah fenomena yang tak bisa dihilangkan dari wajah perfilman Indonesia. setelah terbangun dari tidur panjangnya, film Indonesia seakan tak pernah bisa lepas dari mistis dan mengandalkan mahluk halus sebagai bintang utamanya.   
Film Jengkung
            Sejak awal kelahirannya, film identik dengan hiburan rendah orang kota. Fenomena perkembangan film yang begitu cepat dan tak terprediksi membuat film menjadi salah satu fenomena budaya progresif. Tidak hanya di negara besar, tapi juga di negara berkembang seperti Indonesia.

Morfofonemik dan Afiksasi


Setelah mengetahui istilah-istilah yang sering digunakan dalam Morfologi, pada pertemuan ke-4 saatnya mempelajari tentang Morfofonemik dan Afiksasi. Seperti biasa, Kamis dan Jumat menjadi hari paling memusingkan. Tidak ada yang bisa dilakukkan selain berkencan dengan "Morfologi-Ramlan". Tugas saya  di kelas membuat buku tersebut menjadi jauh lebih mudah dipahami, dengan 2 SKS bukan hal yang mudah tapi bukan tidak mungkin :)

Pertama
Proses Morfoneminik
  •  Merupakan perubahan fonem (bunyi) yang terjadi akibat bertemunya morfem dengan morfem. Proses morfofonemik terbagi menjadi 3:
  1. Proses perubahan fonem, contohnya: meN- → mem, men, meng, meny dan peN- → pem, pen, peng, peny, pel
  2. Proses penambahan fonem, contohnya: meN- → menge- dan peN → penge- 
  3. Proses hilangnya fonem, contohnya: meN- → me dan peN-pe

Friday, June 17, 2011

MARXISME DAN KRITIK SASTRA

Novi Diah Haryanti 

Judul Buku: Marxisme dan Kritik Sastra
Jumlah Halaman : 152
Penulis: Terry Eagleton
Penerbit : Desantara
Tahun Terbit : 2002

 /I/
            Kritik sastra marxis, lebih dari sekadar “sosiologi sastra” yang memusatkan perhatiannya pada alat-alat produksi sastra, ditribusi, dan pertukarannya dalam masyarakat. Secara keseluruhan sosiologi sastra membentuk salah satu aspek kritik sastra marxis yang memusatkan perhatian pada bentuk, gaya, dan maknanya sebagai produk dari sejarah tertentu. Pemahaman yang revolusioner terhadap sejarah tersebutlah yang menjadi kekhasan kritik sastra marxis.
Dalam bukunya The German Ideology (1845) Marx dan Engels mengungkapkan bahwa “model produksi kehidupan material mengkondisikan proses kehidupan sosial, politik, dan intelektual pada umumnya. Bukan kesadaran manusia yang menentukan kehidupan mereka tapi kehidupan sosial merekalah yang menentukan kesadaran mereka” (hlm 11). Dengan kta lain, hubungan sosial antar manusia terkait dengan cara mereka berproduksi dalam kehidupan material.
Marxisme dan Kritik Sastra

Obrolan Pagi dengan Mentari


“Dalam hidup sesungguhnya hanya adal tiga waktu. Kemarin sudah berlalu. Lenyap bersama segala sesuatu yang pernah ada di dalam-nya. Hari esok, kita tidak pernah tahu, apakah kita masih bisa menikmatinya atau ajal akan menjemput kita sebelum esok tiba? Hanya hari inilah yang kita miliki. Sekarang. Saat ini. Maka bekerjalah, berkaryalah, beramallah sebanyak-banyaknya hari ini. Jangan pikirkan lagi hari kemarin. Jangan khawatir pada hari esok. Hari ini saja. Hanya itu. Betapa sederhanya sebenarnya kewajiban kita sebagai manusia. Betapa rumitnya pengertian kita mengenai kehidupan...” (Samsara, hlm:11)

Pagi ini, setelah membaca blog milik Perempuan Hujan saya tergoda untuk berbincang dengan Mei. “Aku baru baca blogmu, mantan pacar nikah?” Tanya saya ingin tahu, “iyaaa” jawabnya singkat. Maka, di pagi yang baru pukul 7 ini kami berbicang tentang dia dan bagimana perasaan leganya setelah si mantan yang superaneh itu pergi.

Sebenarnya, saya yakin ada perasaan kaget ketika Mei mengetahui bahwa mantannya itu menikah ketika baru putus 3 bulan dengannya. Lah wong saya saja yang hanya berteman dengannya kaget, masa iya dia tidak. Tapi tampaknya Mei, mampu mengontrol perasaanya dengan baik. Entah karena hubungan mereka yg dulunya “aneh” (buat saya aneh karena Mei yang sangat hobi membaca dan menulis bisa berpacaran dengan laki-laki yang tidak suka toko buku) atau karena dia sekarang sedang kasmaran yang jelas dia baik-baik saja. Dalam blognya http://perempuanbulanmei.blogspot.com/2011/06/hey-im-fine.html dia menulis:

“Soal jodoh saya sangat percaya dengan ungkapan "jodoh ditangan Tuhan" atau pun "tak kan lari jodoh dikejar." Berapa lama kalian menjalin hubungan dengan seseorang, berapa jauh rencana kalian, kalau memang bukan jodohnya saya percaya pasti ada saja cara Tuhan untuk menjauhkannya, begitu pula sebaliknya. Jadi, teman-temanku, jangan kirim bbm pada saya lagi hanya untuk bertanya apakah saya sedih atau tidak. Buat apa pula saya sedih, saya juga sudah punya pacar baru. :D”

Tiba-tiba saya jadi geli sendiri, teringat bagaimana kami cukup sering mempunyai cerita yang hampir sama. Saya dan Mentari Meida, dua perempuan yang biasa saja, bisa tertawa, sedih, gila, dan menjadi luar biasa karena kebiasaan kami. Kutipan Samsara karya Zara Zetira di atas, selalu menyadarkan saya bahwa hidup ialah saat ini, “Jangan pikirkan lagi hari kemarin. Jangan khawatir pada hari esok. Hari ini saja. Hanya itu. Betapa sederhanya sebenarnya kewajiban kita sebagai manusia. Betapa rumitnya pengertian kita mengenai kehidupan...”

Something happen for reason, segala sesuatu pasti ada tujuan. Jangan khawatir pada hari esok, kita pasti akan tertawa mengingat betapa konyolnya kita, betapa noraknya dia, dan betapa bahagianya kita saat ini ^_^

Ngopi yuks Mei, kali ini saya yang teraktir hehehe




Wednesday, June 15, 2011

Relasi Antar Tokoh dalam "Malam Jahanam" Karya Motinggo Busye

 Oleh Novi Diah Haryanti

Malam Jahanam merupakan drama satu babak Motinggo Busye yang pertama kali diterbitkan pada 1961. Drama tersebut bercerita mengenai kehidupan Mat Kontan, Paijah, Soleman, Utai, dan tukang pijat yang tinggal di perkampungan nelayan yang miskin. Kemiskinan itulah yang membuat Paijah sakit hati karena suaminya Mat Kontan, lebih mementingkan nasib burung beonya yang hilang dibanding anaknya yang sedang sakit. Hilangnya burung beo kesayangan Mat Kontan, menjadi kunci terbuka satu demi satu rahasia hidup Mat Kontan, Paijah, dan Soleman. Keinginan Paijah memiliki anak membuatnya berhubungan dengan sahabat baik suaminya sendiri, Soleman. Sikap sombong Mat Kontan dan perhatiannya yang tercurah pada kematian burung beonya serta melupakan anaknya yang sedang sakit, membuat Paijah dan Soleman kesal. Hingga semua rahasia terbongkar, Soleman yang memotong leher burung beo sekaligus bapak dari anak Paijah. Tanpa ragu, Mat Kontan mengambil goloknya dan bersama Utai mengejar Soleman. Soleman berhasil lolos, sedangkan Utai mati karena patah batang lehernya disepak Soleman. Cerita ditutup dengan kematian si Kontan Kecil. Tak hanya bicara soal kemiskinan, Malam Jahanam juga mengangkat isu perselingkuhan. Keinginan menjadi ibu dan kesadaran bahwa suaminya tidak dapat memberikan keturunan membuat Paijah berselingkuh dengan Soleman. 
Dalam tulisan singkat ini, saya akan mencoba melihat relasi antara Paijah dan Mat Kontan yang terikat dalam satu institusi perkawinan, serta relasi antara Paijah dan Soleman yang merupakan selingkuhannya. Pendekatan feminisme digunakan untuk melihat bagaimana tokoh perempuan ditampilkan atau melihat bagaimana suatu teks membahas relasi jender.

Tuesday, June 14, 2011

Kangen atau Rindu

Katamu rindu
Kubilang kangen

Katamu ingin bertemu
Kubilang ingin selalu main denganmu

Katamu I Miss u
Kubilang I Miss u too

Katamu rumahku jauh
Kubilang akh dasar tak niat kamu

Pada akhirnya, walaupun kangen atau rindu
Kita tetap tak bertemu
Selain sabtu,
Itu saja, waktuku dan kamu


Belajar Dasar-dasar Morfologi

Tidak ada ilmu yang tidak bisa dipelari

Setelah menyelesaikan satu putaran mengajar Keterampilan Berbahasa di Program Dual Mode PGMI, putaran kali ini saya mendapat mata kuliah Kebahasaan (Morfologi dan Sintaksi). Perut saya mulas bukan main karena terus terang, Morfologi dan Sintaksi merupakan mimpi buruk buat saya. Tiba-tiba saya teringat kenangan semasa kuliah di strata satu, nilai C untuk mata kuliah Linguistik Umum dan Morfologi, sedangkan Sintaksis hanya mendapat B. Lalu apa yang harus saya lakukan?
Memikirkan akan mengajar apa di hari Sabtu, hanya membuat saya stress. Bagaimana tidak, saya ini anak sastra, kok ya bisa ngajar bahasa, hiksss… Akhirnya berbekal buku Ramlan “Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif” saya membuat bahan ajar Sabtu lalu.

Morfologi
  • Morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan logi yang berarti ilmu, sehingga morfologi dapat diartikan sebagai ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukkan kata. Sedangkan kata ialah satuan bebas yang paling kecil misal duduk, penduduk, kependudukkan.
  • Tujuan morfologi
  1. Menyelidiki seluk-beluk kata
  2. Menyelidiki kemungkinan adanya perubahan golongan dan arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata. Contoh: sepeda (n), ber+sepeda menjadi bersepeda (v)

Sunday, June 12, 2011

Strukturalisme dalam Perkembangan Ilmu Sejarah

Judul Buku: Prancis dan Kita; Srukturalisme, Sejarah, Politik, Film dan Bahasa
Penyunting: Irzanti Sutanto& Ari Anggari Harapan
Pernerbit: Wedatama Widya Sastra
Jakarta: 2003

Arthur Marwick, sejarawan Inggris yang dalam The Nature of History melakukan kajian menyeluruh dan rinci tentang perkembangan ilmu sejarah. Dia menyebutkan Prancis sebagai tempat terjadinya perkembangan berarti dalam usaha menemukan suatu pendekatan yang sungguh-sungguh baru dan lebih luas dalam ilmu sejarah.

Marwick menyebutkan Henri Berr (1863-1954) yang berusaha menyatukan semua kegiatan manusia dalam masyarakat ke dalam sebuah sintesis sejarah dengan bantuan metode dan kepekaan untuk mendalami masalah yang dipinjam dari sosiologi. Berr mendakatkan ilmu sejarah kepada sosiologi Durkheim dan menjauhkan diri atau lebih tegasnya menolak paradigma sejarah yang berlaku, yang secara salah kaprah disebut penganutnya sebagai “positivisme”. Gagasan tersebut diperjuangkan Berr dengan menerbitkan jurnal Revue de Synthese (1900). Berr dicatat sebagai pendahulu sebuah mazhab ilmu sejarah yang besar pengaruhnya, yaitu mazhab Annales.

Pertentangan Kelas dalam Cerpen "Clara atawa Wanita yang Diperkosa"

oleh Novi Diah Haryanti

     “Maafkan anak-anak kami,” katanya, “mereka memang benci dengan Cina.” (SGA, Clara)

            Pada 1848 Marx dan Engels  menerbitkan Manifesto Komunis yang mengungkapkan bahwa sejarah sosial manusia tidak lain adalah sejarah perjuangan kelas (Sapardi, 1978). Sastra sebagai cerminan masyarakatnya, membuat hubungan antara sosiologi sastra dan marxisme tidak dapat dipisahkan. Namun, kritik sastra marxis bukan sosiologi sastra yang mengkaji bagaiman novel dipublikasikan dan apakah novel tersebut menyebut kelas pekerja (Eagleton, 2002). Kritik sastra marxis lebih memusatkan pada bentuk, gaya, dan maknanya sebagai produk sejarah tertentu. Pemahaman yang revolusioner terhadap sejarah tersebutlah yang menjadi kekhasan kritik sastra marxis. 
Lebih jauh, Marx melihat hubungan sosial antar manusia terkait dengan cara mereka berproduksi dam kehidupan material. Dimulai dengan hubungan sosial antara budak dan majikan yang dikenal dengan feodalisme, pada tahap selanjutnya hubungan kelas kapitalis yang menguasai alat produksi dengan kaum proletar yang tenaganya diperas guna mendapat keuntungan. Hubungan tersebut oleh kalangan marxis disebut ‘basis ekonomi’ atau ‘infrastruktur’. Lalu muncullah superstuktur (kesadaran sosial) yang bersifat politis, religius, etis, estetis, yang disebut ideologi. Ideologi yang dimaksud bukan hanya sekumpulan doktrin, tapi juga menggambarkan bagaimana manusia memainkan perannya dalam masyarakat kelas, nilai-nilai, dalam ide dan citra yang mengikat mereka pada fungsi sosial dan mencengah mereka dari pengetahuan yang benar tentang masyarakat sebagai suatu keseluruhan.

Thursday, June 9, 2011

"Keluarga Gila" karya Hudan Hidayat: Zaman Purba di Tengah Perdaban Kota

oleh Novi Diah Haryanti

Ayah memasak di dapur. Ibu membaca surat kabar, kopinya masih mengepul. Kami saling membenci. Ribuan kali ayah mau membunuh ibu, tapi ibu berhasil lolos. Pertama pada waktu di tepi sumur. Waktu ibu menjenguk, ayah mendorong ibu. Tapi ibu berpegangan padaku, aku bisa mendorong ibu tak ada yang tahu. Tapi tak kulakukan. Sebab ayah harus membunuh ibu dengan tangannya sendiri, sebagai mana aku mau membunuh ayah dengan tanganku sendiri.

Kalimat tersebut dapat kita temui pada paragraf awal dari cerita pendek milik Hudan Hidayat yang berjudul Keluarga Gila. Memang tak ada yang lebih gila dari usaha saling bunuh dalam satu keluarga. Dilihat sekilas mungkin cerpen ini hanya rekaan si penulis belaka. Tapi jika kita telaah lebih lanjut maka akan terlihat unsur kenyataan yang mampu dituangkannya dalam bentuk yang tidak biasa.

Perempuan Bali dalam "Tarian Bumi"

Identitas Karya
Judul                     : Tarian Bumi               
Pengarang            : Oka Rusmini
Tebal                     : X + 224
Penerbit                : Idonesiaterra
Tahun terbit         : 2004

          Dalam sejarah perkembangan kesusastraan Indonesia terdapat fakta yang sulit dibantah, yakni jumlah penulis perempuan yang sangat sedikit jika dibanding laki-laki. Hal ini bisa dikatakan ironis karena sepanjang perkembangan novel Indonesia “dunia perempuan” ternyata merupakan tema yang cukup signifikan, sekalipun penulisnya adalah laki-laki.
Novel "Tarian Bumi"
          Di tengah kemarau penulis perempuan lahirlah satu novel yang mampu menarik hati para peminat sastra, Tarian Bumi. Novel karangan Oka Rusmini ini bercerita tentang perjuangan perempuan bali, ‘Luh’ yang dibiasakan untuk tidak mengeluh. Bagi orang bali, kasta sangatlah penting sehingga orang cenderung dinilai, dilihat, dan diperlakukan sesuai  dengan kastanya. Luh Sekar merupakan perempuan dari kasta Sudra yang menikah dengan seorang Ida Bagus Ngurah Pidada. Pernikahan tersebut membuatnya “naik kelas” menjadi seorang Jero Kenanga. Dalam pencapaiannya menjadi seorang Jero, Sekar berjuang dengan menggunakan berbagai macam cara. Semisal ia berusaha untuk menjadi seorang penari joged bumbung, hingga Sekar dapat menarik setiap mata lelaki agar melihatnya.

Pengantar Bermain Drama

Judul Buku                         : Pengantar Bermain Drama
Pengarang                          : A. Adjib Hamzah 
Penerbit                              : CV ROSDA, Bandung – 1985
Jumlah Halaman                : 418 Halaman


            Buku Pengantar Bermain Drama karya A. Adjib Hamzah ini terdri dari XXIII Bab, yang mengungkapkan apa-apa saja yang terkait dengan bermain drama, seperti: Langkah Awal dalam bermain drama, Panggung, Movement,  Blocking, Pantomim, Akting, Suara dan Ucapan, Penafsiran, Struktur Skenario, Sutradara, dan Jenis-jenis drama.

Langkah Awal Bermain Drama
            Banyak pemain amatir yang bersedia mengeluarkan biaya besar agar dapat bermain drama di panggung atau televisi. Malah kadang-kadang, karena amat berambisi, mendorongnya merangkap banyak tugas. Dari segi permainan kita akan cepat mengetahui bahwa pemain amatir yang memborong tugas pementasan itu sebenarnya bukan digerakkan oleh hasrat mengejar mutu. Tapi hanya sekedar pelampiasan keinginan bermain tanpa mengikat diri dalam batas-batas kemampuan yang dimilikinya.

Tuesday, June 7, 2011

ATHENA

Biar saja hati ini terkoyak, seperti para pemain Ceko yang yang tehenyak saat sundulan pemain Yunani Traianos Dellas menerobos masuk, menggoyangkan jala gawang Petr Cech. Dan kereta api cepat Ceko pun terpaksa berhenti, para penumpangnya turun dan pergi. Neved, Poborsky, Baros, Rosicky, Koller, seakan buntu. Entah mantra apa yang digunakan, bola seakan mental, tak mempan membobol gawang Antonios Nikopolis. Estadio Dragao, Portugal, saksi bisu sejarah baru. Dewa-dewi pun bernyanyi, menari di atas bukit Acropolis, Dewi Fortuna memandangi dan tersenyum sendiri, melihat ulah para cucunya. Sudahlah, ekstra time nya habis.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...