Jangan bayangkan Boy seperti zaman dulu yang diperankan dengan manis oleh Onky Alexander! Catatan Harian Si Boy yang ini, bukanlah versi baru melainkan “regenerasi” dari Boy yang beken di tahun 80-90an.
Catatan Harian Si Boy (2011) merupakan film yang mencoba mengambil karakter para tokoh di Catatan Harian Si Boy terdahulu. Itulah yang membuat karakter Boy yang ramah, hangat, dan melindungi tetap ditampilkan lewat tokoh Satrio (Ario Bayu ), sedangkan sosok Emon yang lucu dan kemayu, kembali hadir lewat tokoh Herry (Albert Halim). Cerita bermula dari Nuke yang terbaring koma dan selalu memegang catatan harian milik Boy (Onky Alexander). Nuke “ingin” bertemu Boy! Maka sebagai anak, Natasha (Carissa Puteri) mencoba memenuhi “keinginan” ibunya tersebut. Dengan bantuan Satrio dan teman-temannya pencarian Mas Boy pun dimulai, mereka berusaha menelusuri setiap nama yang terdapat dalam Diary tersebut. Melihat kedekatan Natasha dan Satrio, Nico (Paul Foster) cemburu. Maka, lahirnya konflik dari cinta segitiga antara Satrio-Natasha-Nico. Selain bercerita mengenai kisah cinta segita, film ini kental dengan gambaran persahabatan para tokohnya (Sastrio, Andi, Halim, dan Nina) yang “hidup” bersama di bengkel milik Nina (Poppy Sovia).
Buat saya, film ini “cowok banget”! Bukan hanya karena sosok Satrio yang ditampilkan sangat macho (tinggi, hitam manis, dan seksi) tapi juga dari tiap adegannya. Pertama, adegan dalam film dibuka dengan kebut-kebutan ala Fast & Furious yang dilakukan oleh Satrio untuk menghindari kejaran polisi. Selain kebut-kebutan, film ini juga selalu menampilkan mobil-mobil mahal. Profesi montir yang dilakoni oleh Satrio dan Andi di Bengkel Mobil Mewah (Hummer) lagi-lagi menggambarkan hobi otomotif yang kerap disukai oleh kaum laki-laki. Kedua, setelah ngebut penonton disuguhkan adegan-adegan perkelahian. Di antaranya perkelahian Nico dengan para penagih hutang dan perkelahian antara Nico dan Satrio yang merupakan puncak konflik kedua tokoh tersebut. Ketiga, dialog-dialog antara Satrio, Herry, dan Andi (Abimana Arya) walaupun lucu tapi terdengar “kasar”. Keempat, para aktrisnya ditampilkan cantik dan sangat seksi. Pakaian yang dikenakan Nina dan Natasha selalu minim, sangat Male Gaze! Hal tersebut berbeda dengan tokoh prianya (Satrio) yang walaupun berpostur tinggi besar tapi nyaris “keseksiannya” tidak tampak (bandingkan dengan film-film karya Upi Avianto yang kerap menampilkan laki-laki dengan perut sixpack bertelanjang dada). Jadi tidak mengherankan kalau teman laki-laki saya, sangat menyukai film ini dan merekomendasikan untuk menontonnya hehehe