Setelah empat minggu mempelajari proses pembentukan kata, saatnya mengenalkan kelas kata kepada bapak-ibu guru di kelas kebahasaan. Tidak mudah mengajarkan kelas kata kepada mereka, karena mereka terbiasa mempelajari kata berdasarkan fungsi sintaksisnya. Tapi saya selalu percaya “tidak ada ilmu yang tidak bisa dipelajari”, maka dengan outline sederhana saya mencoba membuat materi kelas kata menjadi semudah mungkin. Saya membagi materi kelas kata dalam dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama ada empat kelas kata yang dibahas, yaitu kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata benda (nomina), dan kata keterangan (adverbia). Berikut materi pada pertemuan pertama kelas kata.
Ciri-ciri verba
- Memiliki fungsi sebagai predikat atau inti dalam kalimat. Contoh: pencuri itu lari.
- Memiliki makna perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat. Contoh: Adik main di sungai → (perbuatan); Sungai itu mulai mengering → (proses); Ayam itu mati → (keadaan).
- Verba yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi afiks ter- yang berarti ‘paling’. Contoh: mati → termati, suka → tersuka.
- Pada umumnya verba tidak bergabung dengan kata yang menyatakan makna ‘kesangatan’, misalnya: sangat pergi.
- Verba transitif adalah verba yang memerlukan nomina sebagai objek dalam kalimat aktif dan objek tersebut dapat berfungsi sebagai subjek pada kalimat pasif. Contohnya:
Kakak sedang merapihkan kamar. (aktif)
Kamar sedang dirapihkan oleh Kakak. (pasif)
- Verba intransitif adalah verba yang tidak memiliki nomina di belakangnya namun dapat diikuti pelengkap. Contohnya:
Ayah sedang mandi. (intransitif tidak bernomina/objek)
nasi telah menjadi bubur. (intransitif berpelengkap)
Selain verba transitif dan intrasitif dari segi bentunya verba dibagi menjadi:
- Verba Asal : berdiri sendiri tanpa afiks, contohnya → ada, datang, mandi, tidur
- Verba Turunan, terdiri dari
- Dasar bebas tapi memerlukan afiks agar berfungsi sebagai verba (afiks wajib), contoh: mendarat, melebar, mengering.
- Dasar bebas afiks manasuka, contoh: (mem) baca, (meng) ambil, be(kerja)
- Dasar terikat, afiks wajib, contohnya: bersua, bertemu
- Berulang, contohnya: makan-makan, berjalan-jalan
- Majemuk, contohnya: tatap muka, temu wicara.
Pada verba majemuk, makna kata masih bisa ditelusuri.
Adjektiva (kata sifat)
Dapat dibagi menjadi
- Adjektiva bersifat fisik atau mental, contohnya: aman, panas, dingin, kebal, ganas, bersih
- Mengacu pada sesuatu yang dapat diukur (kuantitatif), contohnya: berat, pendek, tebal, tipis, luas.
- Adjektiva warna, contoh: merah, kuning, biru, merah darah, hitam pekat.
- Adjektiva waktu mengacu pada proses, perbuatan, atau keadaan, contohnya: lama, cepat, lambat
- Adjektiva jarak mengacu ke ruang antara dua benda atau tempat, contoh: jauh, akrab, renggang
- Adjektiva sikap batin mengacu pada suasana hati (perasaan), contohnya: bahagia, jahat, takut, cemas
- Adjektiva cerapan bertalian dengan pancaindera, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan citarasa. contoh: gelap, busuk, merdu, kasar, manis.
Nomina (kata benda)
- Nomina biasa mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian, seperti: kucing, meja, kebangsaan.
- Ciri-ciri nomina:
- Cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap.
- Tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkarnya ialah bukan. Contoh: Ibu saya guru → Ibu saya bukan guru
- Umumnya dapat diikuti adjektiva secara langsung atau diantarai oleh kata yang. Contoh: rumah mewah atau rumah yang mewah
Adverbia (Kata Keterangan)
- Kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lainnya.
- Berdasarkan maknanya, adverbia dibagi menjadi 8, yaitu:
- Adverbia kualitatif → menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu, seperti paling, sangat, lebih, kurang. Contohnya: Saya paling suka masakan Jepang ; Ujiannya lebih sulit daripada yang kuduga
- Adverbia kuantitatif → berhubungan dengan jumlah. Termasuk dalam adverbia ini, banyak, sedikit, kira-kira, cukup. Contoh:
Lukanya banyak mengeluarkan darah
- Adverbia limitatif → menghubungkan makna pembatasan, seperti hanya, saja, sekadar. Contoh:
Kami di rumah saja selama liburan.
- Adverbia frekuentatif → berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia, seperti selalu, sering, jarang, kadang-kadang. Contoh: kami selalu makan malam bersama-sama.
- Adverbia kewaktuan → menggambarkan makna yang berhubungan dengan terjadinya peristiwa yang diterangkan adverbia, seperti baru dan segera. Contohnya: Ayah baru pensiun dari jabatannya.
- Adaverbia kecaraan → menggambarkan makna yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa yang diterangkan oleh adverbia itu berlangsung atau terjadi, seperti diam-diam, secepatnya, pelan-pelan. Contoh: Kami akan menyelesaikan tugas itu secepatnya.
- Adverbia konstrastif → menggambarkan pertentangan, seperti: bahkan, malahan, dan justru. Contoh: Siapa bilang dia kikir, justru dia yang menyumbang paling banyak.
- Adverbia keniscayaan → menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian atau keberlangsungan terjadinya hal, peristiwa yang dijelaskan adverbia, seperti: niscahnya, pasti, tentu.
Selain delapan “jenis” adverbial tersebut, terdapat pula:
- Adaverbia konjungtif → menghubungkan klausa atau kalimat dengan klausa atau kalimat yang lain. Contoh: sebaliknya, dengan demikian, kemudian, sesungguhnya
- Adverbia pembuka wacana (kalimat baru). Contoh: adapun, alkisah
Selain verba, adjektiva, adverbia, dan nomina masih ada empat kelas kata lagi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya yaitu, pronomina, preposisi, numeralia, dan konjungsi.
No comments:
Post a Comment